PANDANGAN UMUM
Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) adalah
gerakan pelajar Islam yang berakidah Islam sebagai organisasi otonom dalam
Muhammadiyah. Kelahiran Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) sebagai sebuah
entitas pelajar yang khas dengan ciri keseimbangan intelektualitas dan praksis
gerakan yang tak perlu kita pertanyakan lagi. Ditengah usianya lebih dari
setengah abad, Ikatan Pelajar Muhammadiyah harus memiliki ketegasan diri dalam
memposisikan pemikirannya dengan menjadikan amar ma’ruf nahi munkar sebagai
mainstream gerakan ikatan. Kondisi ini sekaligus merupakan otokritik kita
sebenarnya tidak siap untuk berubah. Gagasan kebangkitan kepemimpinan kaum muda
yang lahir dari kantong-kantong pergerakan kaum muda juga belum menjadi
semangat gerakan nasional bagi ikatan yang kemudian melahirkan kader terbaik
dalam mengisi pos-pos pembangunan bangsa ini.
Bagi IPM Lebak, gerakan harus dititikberatkan pada bidang pelajar, keagamaan dan kemasyarakatan yang merupakan satu kesatuan integral dan
terinternalisasi dalam setiap pribadi kader sebagai profil kader yang menuntut
kepekaan realita sosial. Tiga pilar ini senantiasa menghadirkan kecerdasan
aksional yang dijewantahkan dalam kesalehan sosial dengan tidak terkontaminasi oleh pembusukan moral. Dengan spirit itulah IPM mendapatkan batu
pijaknya; sebagaimana dikatakan oleh Thomas Meyer bahwa pada dasarnya dalam
demokrasi terdapat tiga pendekatan berbeda yang masing-masing memiliki peran
sama penting untuk memajukan kesejahteraan umum. Ketiga pendekatan tersebut
dilakukan oleh state, market dan civil society. IPM Lebak sebagai bagian dari civil society memiliki peran
yang penting bagi peningkatan kesejahteraan umum
masyarakat Lebak. Dengan konstruksi yang sama; sebagai bagian dari masyarakat
madani (civil society), IPM Lebak sejatinya merupakan
salah satu pemilik cabang kekuasaan di bumi Lebak. Hal ini seperti dilukiskan oleh Jimly Asshiddiqie bahwa trias
politica sebagaimana dikenal luas dalam ajaran Montesquieu perlahan harus
ditinggalkan. Sehingga pembagian kekuasaan dalam era globalisasi kini tidak
lagi sebagai eksekutif, legislatif dan yudikatif; melainkan menjadi state,
market dan civil society. Untuk mewujudkannya
IPM Lebak memiliki modal sosial berupa 5 (lima) Sekolah
Muhammadiyah di Lebak yang berdirinya basis-basis IPM di sekolah-sekolah yang notabene muhammadiyah.
Tidak hanya IPM Lebak yang memiliki potensi besar dalam mewujudkan kesejahteraan
umum masyarakat. Lebak sebagai sebuah Kabupaten secara geografis Lebak berhubungan langsung
dengan Kab. Pandeglang, Kab.Tangerang, Kab.
Serang dan Prov.Jawa Barat. Lebak yang terdiri dari 26 kecamatan pada umumnya memiliki potensi alam dan wisata yang sangat potensial. sisi
lain dari sektor transportasi yang tak kalah menariknya
di Lebak
merupakan tempat transportasi kereta api yang
menghubungkan ke ibu kota, Artinya ini bukti bahwa Lebak merupakan daerah yang
mudah dijangkau oleh semua daerah.
PERSEPTIK PENGKADERAN
Dalam perseptik pengkaderan IPM
khususnya di Lebak belum mencapai target sesuai apa yang diharapakan yaitu
terciptanya kader-kader yang berkarakter religius, mampu menghidupkan
persyarikatan dan mampu menjawab persoalan bangsa, banyak factor-faktor yang
menjadi penghambat yang sampai saat ini belum bisa dipecahkan diantaranya :
Ø Hedonisme Melumpuhkan
Karakter Kaum Pelajar
Kehidupan arus globalisasi dan moderenisasi yang kian
tidak terbendung semakin menandakan keterpurukan intelektual pelajar, ekonomi
kapitalis dan konsumerisme tingkat tinggi justru telah menenggelamkan ide-ide
segar kaum muda terhadap realita social dan perubahan bangsa, seperti seolah
tidak peduli lambat laun Negara ini akan bak kapal bocor didasarnya karena tidak ada yang selalu siap mengawal kemana negeri ini akan
dilayarkan.
Hedonisme sebagai tonggak awal matinya pergerakan kaum
muda khususnya pelajar ditandai dengan maraknya pusat perbelanjaan yang
melenakan kaum pelajar melalui berbagai macam fashion serta gadget terbaru,
tontonan infotaiment yang menjamur, acara hura-hura, tempat keramaian yang
mengarah pada hal yang negative sebagai tempat tongkrongan yang asik masa kini,
produk serba instan yang selalu menginstankan pelajar termasuk mencetak pelajar
instan dengan system copy-paste. Ini sebuah bukti bahwa hedonism melumpuhkan
karakter kaum muda.
Ø Belum Meratanya
Penerimaan Muhammadiyah Dikalangan Pelajar Lebak
Kabupaten Lebak memiliki ratusan instansi pendidikan atau
sekolah yang setiap tahunnya menerima ribuan pelajar yang akan menimba ilmu
pengetahuan, baik tingkat menengah pertama maupun menengah atas. Muhammadiyah sendiri memiliki 5 SMK dan 3 MTs yang
tersebar diberbagai kecamatan, diantaranya SMK Muhammadiyah 1&2
Rangkasbitung, SMK Kehutanan Muhammadiyah Lebak, SMK Muhammadiyah Cikotok, SMK
Muhammadiyah Wanasalam, dan 3 MTs. Yang berada dikecamatan Lewidamar. Namun
untuk sekolah Muhammadiyah yang berada diluar Kecamatan Rangkasbitung sangat
jarang terjamah oleh PD IPM Lebak karena letak geografis yang sangat jauh dan
medan jalan yang agak sulit. Hal ini diperparah dengan kurang berperannya PCM
didaerah yang memiliki sekolah Muhammadiyah. Mereka membuka sekolah sebagai
wadah supaya Muhammadiyah diterima oleh masyarakat tapi tidak menonjolkan
ke-Muhammadiyahannya. Dan pada akhirnya para pelajar lebak tidak memahami
secara utuh apa itu Muhammadiyah.
Ø Pembinaan Kader Yang
Belum Efektiv
Meskipun
dengan berbagai masalah diatas, bukan berarti IPM tidak memiliki kader. Basis
masa terbesar IPM Lebak berada di SMK Muhammadiyah 1&2 Rangkasbitung. Tapi
kader yang ada kurang mendapat pembinaan dari ayahanda PDM Lebak. IPM Lebak
tetap survive karena mendapat suntikan semangat dan arahan dari rekan-rekan PW
IPM Banten.
Ø Kader yang ada tidak bertahan lama aktif di IPM
Hampir
semua pelajar mengenal Muhammadiyah dan IPM ketika mereka masuk ke sekolah
Muhammadiyah. Terlalu singkatnya perkaderan di IPM menjadikan mereka belum
menghayati apa makna ber-IPM sesungguhnya. Mereka hanya aktif ketika masih
bersekolah namun setelah lulus maka selesai juga mereka ber-IPM. ( Qital Tsabit Muhammad )